Fiyuh akhirnya bisa nulis lagi nih, postingan terakhir bulan apa ya? Sepertinya sudah lama sekali, saking banyaknya yang ingin ditulis malah ga jadi nulis apa-apa. Hahaha.
Oke pengalaman dimulai dari ketika kami membuat paspor untuk anak saya Hamda Sabiya Yuwana. Waktu itu hamda umur satu bulan saya dan istri memutuskan untuk kembali merantau ke Jogja (ya elah jogja aja merantau?). Hehe… Tidak ada paksaan sebenarnya keputusan istri untuk mau ikut kembali ke Jogja, mungkin karena kasihan sayanya nih sendirian di Jogja, dan kondisi istri saya udah mulai enakan. Nah singkatnya, saya sudah kembali ke Jogja.
Oiya proses pembuatan akta dan pembaruan KK sudah saya selesaikan sebelum ke Jogja. Jadi di Jogja sudah siap untuk membuat paspor untuk balita. Syaratnya hampir sama dengan umum, bahkan lebih mudah. Hanya bermodal KTP orang tua, KK, akta kelahiran anak, Surat Nikah orang tua, surat pernyataan orang tua (formulir pernyataan ini di beri saat mendaftar), fotocopy paspor orang tua jika sudah punya, dan saat wawancara anak harus di dampingi orang tua. Nah itulah syarat buat paspor khusus Balita atau dibawah 17 tahun.
Singkatnya lagi biar cepat kelar nulisnya, haha. Pada usia kurang lebih anak saya 2 bulan, saya memutuskan untuk datang ke imigrasi Jogja dan mulai melakukan pendaftaran, oiya khusus balita mendapatkan antrian khusus, ya jadi lumayan menyingkat waktu. Hamda dipelukan ibunya tidur saat proses antrian. Tiba saatnya dipanggil antriannya, saya dan istri beserta anak bergegas untuk datang ke petugas keimigrasian untuk melakukan wawancara.
Petugas meminta untuk anak dibangunkan. Yap waktu itu membangunkan Hamda adalah hal yang sulit, butuh beberapa menit, hampir 30 menit baru bangun dari usahaku untuk membangunkannya. Nah bergegas saya menunggu antrian yang belum selesai sambil ngliling biar tidak kembali tidur. Giliran antrian saya, saya maju kedepan petugas dengan menggendong hamda.
“Ih adiknya masih kecil banget, umurnya berapa bulan ini?” ucap petugas membuka pembicaraan. Lalu memberondong pertanyaan lagi, “Mau kemana nih kok udah bikin passport?”. “Ke malaysia pak” jawabku. “Oh kapan? Masih kecil gini?” pertanyaan tambahan dari petugas. “Masih lama kok bulan 10, ya hampir umur setahun lah besok” Ucapku, dan petugas meminta untuk menaruh anak saya di meja kerjanya untuk di foto. Dengan alas kain putih, posisi hamda berfoto dengan tidur menghadap ke atas ke kamera petugas. Cepret cepret. “Begini?” Tanya ya, “Lalu dipoto lagi” Sepertinya kurang puas dengan hasil sebelumnya karena kurang bagus hasilnya. Oke cepret cepret lagi.
Dah selesai, saya pun diberi lembaran kertas berisi kode pembayaran untuk melakukan ke pembayaran Pajak Penerimaan Negara kalau tidak salah sebesar 355ribu rupiah. Oke seraya mengucapkan terima kasih meninggalkan ruangan tersebut.
Caranya mudah lhoh pembayarannya, gak perlu ke ATM, karena saya males nyari ATM saat itu, tinggal ke klikbca lalu ke menu pajak penerimaan negara memasukkan kode billing bayar, lalu taraaa tagihan muncul 355ribu lalu dibayarkan lunas.
Setelah pembayaran sesuai instruksi yang ada di Kertas, minimal kembali untuk mengambil paspor adalah 1 minggu ke depan. Lalu saya ambil sepertinya dua minggu berikutnya. Saya pun dengan PDnya kembali tanpa membawa bukti pembayaran, karena saya tidak tahu ternyata harus dilampirkan. Saat ambil antrian untuk memberikan form nya, saya digalaki petugas, ya pada intinya tidak boleh mengambil paspor tanpa ada bukti pembayaran. Nah setelah itu nyari sampai jauh akhirnya ketemu tempat untuk print. Ya sudah print dan kembali ke Imigrasi Jogja, dan alhamdulillah kini Hamda sudah memiliki paspor, dan siap terbang kemanapun hihi amin…
Tips untuk membuat atau membikin paspor untuk anak baik balita maupun dibawah 17 tahun.
- Pastikan dokumen persyaratan yang dibawa lengkap. KTP ortu, KK, Akte Lahir, Surat Nikah Orangtua, Fotokopi paspor orang tua kalau ada. Pastikan bawa yang asli dan yang di fotokopi ukuran A4
- Datang lebih pagi lebih baik, karena antrian yang berlaku saat ini berdasarkan jam. Jadi maksimal jam 11, kalau tidak salah. (Ini tidak berlaku bagi imigrasi yang menerapkan sistem kuota antrian)
- Ramahlah dan tidak perlu tegang pada petugas imigrasi, jawablah pertanyaan dengan mantab dan yakin
- Bangunkan anak anda sebelum tiba giliran anda untuk maju.
- Saat pengambilan paspor, jangan lupa bawa bukti pembayaran
- Saat pengambilan paspor usahakan datang lebih awal. Kalau di Jogja pengambilan dibuka mulai agak sore hari. Jadi tiba sore sekitar jam 2-3 lebih baik
akhir kata saya sangat bersyukur karena sudah bikin sebelum terbit peraturan yang kemarin bikin heboh : “Bikin paspor harus memiliki tabungan 25juta”